Covid-19 Bunuh Sekeluarga..!! Woii… Orang Sumut…Masih Petentengan Klen..??

TransKota.com - Juli 25, 2020
Covid-19 Bunuh Sekeluarga..!! Woii… Orang Sumut…Masih Petentengan Klen..??
 - (Mencerdaskan & Memuliakan)

Jakarta, Bersama News Tv

Dea Winnie Pertiwi (27), warga Surabaya, Jawa Timur, tak pernah menyangka hanya dalam waktu singkat harus kehilangan tiga anggota keluarganya sekaligus.

Ayah, ibu, dan kakaknya yang masih mengandung janin di perutnya, meninggal hampir bersamaan akibat terjangkit virus corona baru atau Covid-19. Woii….orang Sumut…masih petentengan klen..??

Ayah Dea, Gatot Soehardono (68), meninggal dunia pada 30 Mei. Kemudian kakaknya, Debby Kusumawardani (33) berpulang pada 31 Mei, dan disusul sang ibu, Cristina Sri Winarsih (60), yang tutup usia pada 2 Juni 2020.

Kedua orangtua Dea meninggal dengan status pasien dalam pengawasan (PDP) karena tak sempat melakukan tes swab.

Sedangkan kakaknya, sebelum meninggal, telah dinyatakan positif Covid-19 berdasarkan hasil tes swab pada 28 Mei lalu.

Kronologi meninggalnya satu keluarga Dea Winnie Pertiwi ini pernah diberitakan Kompas.com pada 5 Juni lalu.

Dea mengatakan, selain kehilangan tiga orang yang dicintai, rumah tangga Dea juga tak bisa dipertahankan.

Bagi Dea, tahun 2020 adalah pengalaman menyedihkan yang paripurna sekaligus sarat makna.

“Ini kayak mimpi buruk banget buatku. Allah kasih ujian enggak putus-putus, dari awal tahun ujianku sendiri, rumah tanggaku, kemudian orang yang aku sayang diambil satu-satu,” kata Dea seperti dilansir dari Kompas.com, Jumat (24/07/2020).

Momen pedih yang selalu dia ingat adalah saat hari-harinya dihabiskan untuk merawat ayah, ibu, dan kakaknya selama masa perawatan akibat Covid-19.

Setelah tiga anggota keluarganya meninggal, Dea melalui hari demi hari dengan berat dan tentu amat sedih. Dia juga kerap menangis ketika mengingat masa-masa kelam itu.

Namun, Dea akhirnya menyadari semua yang pergi tak akan bisa kembali. Dia percaya semuanya sudah diatur dan direncanakan Tuhan.

Dea pun dapat memetik pelajaran hidup dari rentetan musibah yang dia alami di tahun ini.

“Jadi aku hanya mengimani bahwa ini sudah takdir Allah. Aku ikhlas saja. Allah mungkin menganggap aku kuat dan bisa melalui ini, jadi enteng saja sih,” kata Dea.

“Walaupun, enggak dipungkiri juga kalau aku diam-diam (melamun) masih nangis. Ya, aku cuma bisa mendoakan, bisa berdoa dan ikhlas. Kunciku cuma itu saja untuk bisa melalui ini semua,” tutur Dea menambahkan.

Semenjak kakaknya dinyatakan positif Covid-19, Dea mengaku keluarganya banyak mendapat stigma buruk dari masyarakat.

Bahkan, kakaknya difitnah sering keluyuran dan tak melakukan isolasi mandiri di rumah. Kemudian, suami kakaknya juga dituduh melarikan diri dari rumah.

Saat itu, Dea memahami masyarakat di lingkungan rumahnya resah dengan kabar kakaknya terjangkit Covid-19.

Namun, pandangan negatif dari masyarakat itu amat mengganggu Dea dan keluarga.

“Kan aneh, padahal kita di rumah saja, isolasi mandiri, enggak ke mana-mana. Tapi banyak banget yang fitnah. Terus tetangga mandangnya kayak gimana gitu. Itu awal-awal, seminggu pertama,” kata Dea.

Beruntung, stigma negatif terhadap keluarga Dea tak berlangsung lama.

Masyarakat di lingkungan rumah orangtua Dea di Gubeng Kertajaya, Surabaya, mulai menerima keluarga Dea dengan baik.

Menurut Dea, warga di kampungnya menjadi lebih peduli dan ikut memberi semangat, termasuk memberi bantuan berupa makanan.

Meski demikian, stigma itu kembali muncul setelah Dea sempat dinyatakan positif Covid-19.

Dea kemungkinan besar tertular dari tiga anggota keluarganya yang meninggal.

Sebab, saat masa perawatan, Dea ikut merawat langsung ayah, ibu, dan kakaknya yang terinfeksi Covid-19.

Suatu hari, Dea pernah mengurus surat keterangan ke RT/RW di lingkungan rumah Dea di kawasan Rungkut, Medokan Ayu, Surabaya.

Namun, Ketua RT setempat menolak memberikan surat keterangan lantaran mendapat informasi bahwa Dea positif Corona.

Padahal, kata Dea, permintaan surat keterangan itu diwakili oleh keluarganya, namun tetap ditolak.

“Stigma negatif di masyarakat itu masih melekat bagi kami para keluarga korban Covid-19, dan aku sendiri pernah ada di posisi itu (terjangkit Covid-19),” ujar Dea.

Dea merasakan betul bagaimana virus corona menginfeksi tubuhnya.

Saat terinfeksi Covid-19 itu, Dea mengalami demam tinggi dan sesak nafas. Bahkan, indra penciuman dan pengecapannya sempat hilang atau tak berfungsi.

Apalagi, virus corona secara berturut-turut juga telah merenggut nyawa ayah, ibu, dan kakaknya.

Dea sendiri merasa heran karena masih ada masyarakat yang tidak peduli, tidak percaya, bersikap masa bodoh, dan cenderung menganggap enteng virus corona.

Padahal, kata Dea, sudah ada banyak bukti dan contoh kasus tentang orang-orang yang terinfeksi dan meninggal karena Covid-19, salah satunya adalah keluarga Dea sendiri.

Namun, Dea mengakui masih banyak masyarakat yang menganggap Covid-19 ini hanyalah sebuah rekayasa dan sekadar ilusi untuk menakut-nakuti orang.

“Jadi orang-orang kayak gini, dijelasin bagaimana pun kalau mindset-nya enggak percaya atau bahkan masa bodoh, enggak bakal masuk,” kata Dea.

“Karena mereka belum merasakan sendiri bagaimana rasanya kehilangan keluarga, orang-orang terdekat. Coba mereka merasakan kayak gitu, pasti bakal percaya bahwa Covid-19 itu ada,” tutur Dea.

Menurut Dea, setiap orang berhak memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang Covid-19.

Dia juga tak mau menyalahkan sebagian masyarakat yang mengklaim bahwa virus corona adalah konspirasi.

Namun, Dea berharap, masyarakat yang menganggap remeh virus corona ini tak seharusnya bersikap abai, apalagi sampai membahayakan orang lain dengan tidak mematuhi protokol kesehatan.

“Bisa jadi mereka (yang menganggap remeh Covid-19) memang kebal, karena merasa masih muda. Tapi kan belum tentu orang-orang disekelilingnya,” ujar Dea.

Dea menceritakan, virus corona yang menjangkiti ayah, ibu dan kakaknya diduga berawal dari suami kakaknya yang diketahui sempat menderita penyakit seperti gejala Covid-19.

Setelah itu, kakaknya mulai mengalami gejala batuk berdahak, ibu Dea juga sesak napas.

Praktis, hanya ayah Dea saja yang tak mengalami gejala terinfeksi Covid-19.

Namun, sang ayah diketahui memiliki penyakit penyerta atau komorbid, yakni penyakit diabetes, jantung, dan darah tinggi.

“Mama dan papa ini kan usia rentan ya, imunnya enggak sebagus kita yang masih muda. Kakakku juga, dia ibu hamil yang juga rentan (terpapar Covid-19),” ujar Dea.

Bahkan, hanya dalam waktu empat hari berturut-turut, ayah, ibu, dan kakaknya meninggal dunia.

Dea mengatakan, jika pun masih ada masyarakat yang menganggap remeh virus corona, mereka setidaknya tetap mematuhi protokol kesehatan dan tidak membahayakan orang lain.

Dea juga berharap, pengalaman pahit tentang bagaimana virus corona merenggut satu per satu anggota keluarganya bisa membuat masyarakat percaya bahwa virus corona itu nyata.

Selain itu, mereka juga diharapkan menjadi lebih peduli terhadap kesehatan diri sendiri dan orang-orang di sekeliling mereka.

“Karena enggak ada salahnya juga kan pakai masker. Kalau memang tidak peduli dengan kesehatan sendiri, paling tidak kamu peduli sama kesehatan keluargamu,” pesan Dea kepada mereka yang menganggap remeh virus corona. (*)

Tinggalkan Komentar

Terkini Lainnya

Ini kata Warga ketika Melihat Video SAdAP Yang Viral !

Ini kata Warga ketika Melihat Video SAdAP Yang Viral !

ARTIKEL HEADLINE   ARTIKEL TERKINI   ARTIKEL TERPOPULER   BERANDA   Daerah   Headline   Hukum & Kriminal   Kilas Daerah
Hadiri Malam Kenal Pamit Kapolda Sulsel, Pangdam XIV/Hsn Berharap Sinergitas Antara Kodam XIV/Hsn dan Polda Terus Dapat Terjalin Baik

Hadiri Malam Kenal Pamit Kapolda Sulsel, Pangdam XIV/Hsn Berharap Sinergitas Antara Kodam XIV/Hsn dan Polda Terus Dapat Terjalin Baik

ARTIKEL HEADLINE   ARTIKEL TERKINI   ARTIKEL TERPOPULER   BERANDA   Daerah   Headline   Nasional
Terpusat di Makassar, KASAD Hadiri Hari Juang TNI AD Ke 78,  Dan Berikan Apresiasi Kekompakan Forkopimda Sulsel

Terpusat di Makassar, KASAD Hadiri Hari Juang TNI AD Ke 78,  Dan Berikan Apresiasi Kekompakan Forkopimda Sulsel

ARTIKEL HEADLINE   ARTIKEL TERKINI   ARTIKEL TERPOPULER   BERANDA   Daerah   FOTO   Headline   NEWS   TNI   TNI-POLRI
Pulang Kampung Demi Pengabdian’ Sosok Tenaga Ahli DPR-RI Andi Muhammad Yusuf Amirudin Nyaleg di Takalar

Pulang Kampung Demi Pengabdian’ Sosok Tenaga Ahli DPR-RI Andi Muhammad Yusuf Amirudin Nyaleg di Takalar

ARTIKEL HEADLINE   ARTIKEL TERKINI   ARTIKEL TERPOPULER   BERANDA   Daerah   Headline   Kilas Daerah
Di Kabupaten Gowa Dan Takalar Ashabul Kahfi Kembali Menyalurkan Bantuan.

Di Kabupaten Gowa Dan Takalar Ashabul Kahfi Kembali Menyalurkan Bantuan.

ARTIKEL HEADLINE   ARTIKEL TERKINI   ARTIKEL TERPOPULER   BERANDA   Daerah   Headline   Parlemen
Kunjungan di Makassar, Ketua Komisi VIII DPR RI Ashabul Kahfi Memberikan Bantuan Ke Keluarga Penerima Manfaat Untuk Masyarakat

Kunjungan di Makassar, Ketua Komisi VIII DPR RI Ashabul Kahfi Memberikan Bantuan Ke Keluarga Penerima Manfaat Untuk Masyarakat

ARTIKEL HEADLINE   ARTIKEL TERKINI   ARTIKEL TERPOPULER   BERANDA   BUSINESS   Daerah   Headline   Megapolitan   Nasional
Atasi Defisit Kelistrikan, PLN IP UPDK Tello Genjot Pengoperasian Pembangkit Baru

Atasi Defisit Kelistrikan, PLN IP UPDK Tello Genjot Pengoperasian Pembangkit Baru

ARTIKEL HEADLINE   ARTIKEL TERKINI   ARTIKEL TERPOPULER   Daerah   Ekobis
Aktivis Pemuda Takalar Minta  Pj Bupati Evaluasi Kinerja Sekda

Aktivis Pemuda Takalar Minta Pj Bupati Evaluasi Kinerja Sekda

ARTIKEL HEADLINE   ARTIKEL TERKINI   ARTIKEL TERPOPULER   Daerah   Headline   Kilas Daerah   Nasional   NEWS
Punya Potensi Besar, PLN Kembangkan Biomassa Berbasis Keterlibatan Masyarakat

Punya Potensi Besar, PLN Kembangkan Biomassa Berbasis Keterlibatan Masyarakat

ARTIKEL HEADLINE   ARTIKEL TERKINI   ARTIKEL TERPOPULER   Daerah   Headline   KILAS BUMN
Pilkades Akuni, Ruslan Terpilih Ungguli Empat Calon Kades 

Pilkades Akuni, Ruslan Terpilih Ungguli Empat Calon Kades 

ARTIKEL HEADLINE   ARTIKEL TERKINI   ARTIKEL TERPOPULER   Daerah   Headline   Kilas Daerah